Gilang



Jarang-jarang lho saya nulis postingan blog, didedikasikan khusus untuk satu orang. Kali ini, orang yang beruntung mendapatkan hadiah sebuah tulisan spesial dari saya adalah Gilang Muhammad; teman saya. Meski personal, namun tulisan saya ini akan dikemas sedemikian rupa agar siapa pun yang membaca bisa mendapatkan manfaat, bukan cuma Gilang saja.




Bismillahirrohmaanirrohiim. Mari kita mulai.

Gilang, sebelumnya terima kasih banget sudah mau ngasih tulisan di blog kamu buat saya. Saya baru baca setengah, belum sampai habis, kemudian muncul niatan untuk membuat tulisan ini, khusus buat kamu. Ini artinya:

1. Tulisan kamu banyak celahnya sehingga bikin tangan saya gatel untuk langsung mengoreksi, bahkan sebelum saya selesai baca tulisan kamu.


2. Kamu beruntung, karena biasanya ketika saya membaca tulisan seperti ini saya akan lewatkan begitu saja tanpa bersusah-payah membuat koreksi.


Ini koreksi saya untuk kamu.


Pertama, kamu tidak konsisten. Di awal tulisan kamu menggunakan kata 'gua' sementara beberapa kalimat berikutnya kamu menggunakan 'saya'.


Bagi saya sebuah tulisan adalah wujud dari keyakinan atas gagasan yang terjadi di otak atau hati kamu. Jadi jika sebuah tulisan tidak konsisten, ya berarti kamu labil. Ini subjektif memang. Tapi secara objektif saya bisa bilang: kalau kamu merasa yakin dengan pendirianmu (tidak labil) tapi output-nya (tulisan kamu) tidak konsisten, maka kamu termasuk orang yang payah dalam mentransfer ilmu.


Pernah punya guru/dosen yang kamu anggap gak bisa ngajar? Seperti itulah kamu. Semua pengajar di sebuah institusi pendidikan sudah pasti banyak ilmu (bahkan berijazah), tapi apakah dia bisa menjadikan anak didiknya pintar, itu soal lain.


Kedua, tentang target pembaca yang sebaiknya kamu tentukan sebelum kamu menayangkan tulisan.


Tulisan kamu ditujukan untuk siapa sih? Kalau tulisan saya ini kan sudah jelas: buat kamu. Iya. Kamu.


Jadi tulisan kamu itu sekadar curhatan pribadi atau memang untuk dibaca oleh umum?


Anggaplah tulisan kamu ditujukan khusus untuk saya karena faktanya kamu share langsung link tulisannya ke saya. Menurut saya kamu sudah gagal menarik minat saya. Ya seperti yang saya bilang di awal tulisan ini: belum sampai setengah tulisan saya udah gatel untuk mengoreksi.


Saya bingung dengan positioning kamu, lebih tepatnya konstelasi: posisi kamu ketika memandang posisi saya. Kamu bercerita dengan lancar soal betapa Pemilu 2014 adalah sebuah anomali, hal baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tapi kamu hanya membandingkan dengan Pemilu tahun 1955.


Lebih malesnya lagi, kamu menceritakan Pemilu 1955 seolah-olah saya sudah paham dengan detail apa yang terjadi saat itu. Tidak, saya tidak tahu. Dan saya yakin apa yang terjadi pada Pemilu 1955 bukanlah pengetahuan umum, jadi tulisanmu tampaknya akan sulit dicerna oleh pembaca umum.


Kekeliruan kamu tampaknya lekat dengan koreksi saya yang ketiga: self-claimmed. Kamu beberapa kali menilai pembaca (saya dan orang lain) tanpa ada bukti. Agar tulisan saya tidak menjadi self-claimmed, ini saya copas pernyataan di salah satu paragraf tulisan kamu:


"Sekarang, gua baru ngeliat klo orang Indonesia ternyata suka ama politik, tapi gua berani jamin mereka gatau esensi dari politik itu apa."


Memangnya apa esensi dari politik?


"Lo tau kan kenapa K-POP bisa masuk Indonesia, karena Indonesia latah."


Setahu saya Korea Selatan melakukan investasi besar-besaran untuk mempromosikan kebudayaannya. Jadi Indonesia tidak bisa latah jika Jepang (yang musuhan dengan Korsel kayak Indonesia-Malaysia) dan bahkan Amerika Serikat saja demam K-Pop.


"Lo tau kan kenapa budaya Amrik yang jelek-jelek taun 1970an bisa masuk Indonesia dengan damai, karena latah."


No, sama seperti kasus K-Pop. Amerika Serikat investasi besar-besaran. Jadi meskipun jelek, isinya akan tetap nancep di kepala; kayak iklan Mastin.


"Lo tau kan kenapa ortu lo sibuk banget pengen lo masuk sekolah yang sama kayak anak tetangga, karena latah."


Kamu mulai masuk ke area privat nih dan kebanyakan orang gak suka jika ada yang menerobos sembarangan. Pembaca akan menilai diri kamu secara negatif dan efeknya semua opini kamu akan dianggap salah. Biasanya gitu kan, kalau udah benci sama orang lain semua tindakannya akan dipandang negatif.


Tulisan kamu (terutama paragraf yang saya kutip tadi) seperti menuduh "kamu homo ya?" tanpa ada alasan yang jelas. Padahal kan kalau disertai alasan "tuh celananya ketat, ujungnya dilinting, suka fitness, bibirnya tebel" dsb mungkin orang yang kamu maksud tidak bisa mengelak.


Kenapa semua dugaan kamu tidak dijabarkan dengan detail biar pembaca sadar dan menyutujui penilaian kamu?


Jika hal itu bisa dilakukan, maka kamu akan dengan mudah membangun sebuah call-to-action; ajakan. Kamu nulis postingan ini untuk mengajak pembaca melakukan sesuatu seperti yang tercantum di paragraf terakhir kan?


The problem is...kamu gak akan bisa mengajak seseorang kalau kamu tidak bisa memberikan keyakinan: a reason to believe.


Yang saya lihat, kamu berusaha menghancurkan apa yang pembaca yakini untuk kemudian menanamkan keyakinan baru. Itu tugas berat untuk seorang komunikator (kamu) dan gak bisa dilakukan jika tidak memahami konteks.


Konteksnya di sini adalah Pemilu 2014, di mana terjadi perang antara kebaikan vs kejahatan (masing-masing kubu mengklaim pihaknya sebagai protagonis). Kamu gak bisa bilang "kalo capres pilihan lo kalah, lo bakal tetap nikmatin program-program dari capres yang menang kan?"


Ini perang, serius. Pembaca tulisan kamu yakin: masa depan ditentukan oleh siapa yang akan jadi presdien berikutnya; di mana Indonesia akan terpuruk jika kubu lawan yang menang.


Ini perang, jadi jika kamu nyuruh pembaca bersikap dewasa maka yang akan dilakukan adalah maju ke medan pertempuran. Bukan lagi menghunuskan pedang, tapi meng-klik tombol share dari sebuah artikel ke sosial media.


Ini perang, jadi jika kamu menyuruh pembaca untuk banyak baca, maka tulisan yang akan dibaca adalah tulisan yang bisa mereka akses. Dan percaya deh, di tengah peperangan, pembaca gak sempat memilah sumber. Pembaca akan dibombardir oleh banyaknya informasi; termasuk info-info yang dikemas dengan sangat baik.


Itu aja yang bisa saya sampaikan terkait dengan tulisan yang kamu share ke saya. Terima kasih.

Share this:

,

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment